Dumbphone
Dumbphone

Fenomena ‘Dumbphone’ di Kalangan Gen Z

Fenomena ‘Dumbphone’ di Kalangan Gen Z. Di tengah era digital yang semakin canggih, sebuah tren mengejutkan muncul: banyak anak muda dari Generasi Z mulai beralih dari smartphone ke ponsel sederhana yang dikenal sebagai “dumbphone”. Dumbphone adalah ponsel dasar yang hanya mendukung fungsi telepon, SMS, dan kadang-kadang fitur minimal seperti info elektronik alarm atau kamera sederhana, tanpa akses aplikasi media sosial, internet tak terbatas, atau notifikasi terus-menerus. Tren ini bukan sekadar nostalgia, tapi respons nyata terhadap kelelahan digital yang dialami generasi yang tumbuh bersama teknologi.

Fenomena ini semakin marak sejak 2024 hingga 2025, terutama di kalangan Gen Z yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an. Di Amerika Serikat dan Eropa, ribuan anak muda memilih dumbphone untuk detoks digital. Di Indonesia pun, tren serupa mulai terlihat, meski masih niche, dengan anak muda di kota besar yang bosan dengan hiruk-pikuk notifikasi. Penjualan ponsel fitur global naik sekitar 15% pada 2023, dan pada kuartal pertama 2025 mencapai jutaan unit, meski masih kecil dibanding smartphone. Brand seperti Nokia melihat penjualan flip phone mereka melonjak, sementara model minimalis baru seperti Light Phone atau Punkt semakin populer.

Alasan Dumbphone di Balik Tren Ini

Gen Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan smartphone sejak kecil, tapi justru mereka yang paling merasakan dampak negatifnya. Banyak yang mengeluh tentang kecanduan layar, di mana waktu penggunaan harian bisa mencapai enam jam atau lebih. Notifikasi dari media sosial menciptakan tekanan konstan, menyebabkan kecemasan, kurang fokus, dan gangguan tidur. Studi menunjukkan bahwa membatasi akses internet di ponsel bisa meningkatkan kesehatan mental, perhatian, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Selain itu, ada kekhawatiran privasi. Gen Z sadar bahwa smartphone sering memanen data pribadi untuk iklan dan algoritma yang manipulatif. Dumbphone menawarkan kebebasan dari pengawasan itu, membuat pengguna merasa lebih aman dan terkendali. Ada juga elemen nostalgia—Y2K style dengan flip phone yang ikonik—meski banyak Gen Z tidak hidup di era itu, tapi mereka tertarik pada kesederhanaan masa lalu. Beberapa menyebutnya “anemoia”, rindu pada zaman yang lebih tenang tanpa distraksi digital.

Praktisnya, dumbphone punya baterai tahan lama—bisa berminggu-minggu—dan harga terjangkau, cocok untuk gaya hidup minimalis. Banyak yang pakai pendekatan hybrid: dumbphone untuk sehari-hari, smartphone hanya untuk kebutuhan spesifik seperti navigasi atau kerja.

Dampak dan Tantangan Untuk Dumbphone

Beralih ke dumbphone membawa perubahan positif bagi banyak pengguna. Mereka melaporkan hari terasa lebih panjang, lebih fokus pada interaksi nyata, dan kurang stres dari perbandingan sosial di media. Di kampus-kampus atau komunitas online seperti subreddit r/dumbphones, cerita sukses bertebaran: mahasiswa yang lebih produktif belajar, atau remaja yang lebih sering bertemu teman secara langsung.

Namun, tidak mudah. Dunia modern masih bergantung pada smartphone—untuk pembayaran digital, ride-hailing, atau komunikasi grup via aplikasi. Banyak yang akhirnya kembali ke smartphone setelah mencoba, atau memilih kompromi seperti membatasi fitur di ponsel pintar. Tren ini tetap niche; smartphone masih dominasi lebih dari 90% pasar. Tapi, minat Gen Z—dengan hampir 70% usia 18-34 tahun berusaha kurangi screen time—menunjukkan pergeseran perilaku yang lebih luas.

Kesimpulan

Fenomena dumbphone di kalangan Gen Z mencerminkan keinginan kuat untuk keseimbangan di era hiperkoneksi. Ini bukan penolakan total terhadap teknologi, tapi upaya sadar untuk menggunakannya secara bijak. Di 2025, tren ini kemungkinan terus berkembang, mendorong produsen membuat lebih banyak opsi minimalis. Bagi Gen Z, dumbphone bukan mundur, tapi langkah maju menuju hidup yang lebih tenang dan bermakna. Siapa tahu, mungkin ini awal dari era di mana teknologi benar-benar melayani manusia, bukan sebaliknya.

Baca Selengkapnya Hanya di…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *